ads

Slider[Style1]

Interview

Video

Fanmeeting

Drama

Posted by: Unknown Posted date: 8:26 PM / comment : 1

Menghadapi dunia palsu, tanpa henti seperti bermain game

Semuanya palsu. Dalam sekejap, Kwon Yoo (Ji Chang Wook) yang tiap hari ke warnet berubah menjadi pembunuh kejam. Walaupun dia berteriak keras “Aku tidak bersalah”, yang dia dapatkan hanyalah jari telunjuk yang mengarah padanya sebagai seorang pembunuh. Sekalipun dia adalah seorang pria muda pengangguran yang biasa-biasa saja, apakah dia harus menjalani semua itu? “Fabricated City” adalah sebuah film yang dimulai dengan ketidakadilan yang akan membuat darah mendidih terhadap orang-orang biasa yang kemudian bergerak untuk membalikkan dunia. Dia bahkan bukan Superman atau Batman, tetapi Kwon Yoo dan teman-temannya punya kekuatan dan kemampuan yang diasah dari begadang semalaman di warnet. Kami bertemu dengan aktor Ji Chang Wook yang berani menantang sebuah dunia yang menunjukkan wajah aslinya semakin lama kamu menyelam di dalamnya.

“Itu harus menarik. Aku tidak akan bisa melakukannya jika tidak menarik.” Ji Chang Wook terus-menerus mengatakan kata “menarik” sepanjang wawancara. Bahwa dia tidak akan bisa bertahan (akting) jika tidak menyenangkan. Bahwa itu sepertinya adalah kekuatan yang mendorong aktor ini berlari tanpa henti selama hampir 10 tahun. Ji Chang Wook debut di tahun 2008 dan telah syuting sebanyak 13 drama, bahkan di sela-selanya tampil di drama musikal tanpa henti. Jika dipikir-pikir, Ji Chang Wook adalah teman di layar kaca. Dia adalah pemuda Donghae (“Smile Donghae”, KBS1 2010-2011) yang menjadi ikon harapan dan mimpi, lalu dia menjadi kaisar gila Ta Hwan (“Empress Ki”, MBC 2013-2014), dan berubah menjadi bodyguard berotot, Je Ha (“The K2”, tvN 2016) dan menggoyahkan hati banyak wanita. Melihat sukses yang telah diraihnya di TV dan popularitasnya yang luar biasa di Cina, peran utama Ji Chang Wook di film ini tampaknya terlambat. Apa yang menuntunnya ke “Fabricated City” setelah 10 tahun?
“Aktor Ji Chang Wook” telah dikenal, tetapi “aktor film Ji Chang Wook” belum familiar.
Itu benar. Tetapi justru aku membuat debutku di film indie. Proyek debutku adalah “Sleeping Beauty” (2008, disutradarai oleh Lee Hana) dimana aku syuting ketika masih kuliah. Setelahnya aku tidak beruntung dan tidak punya kesempatan untuk berakting di film. Tetapi kalau dilihat, aku membutuhkan determinasi tinggi sebelum bermain di “Fabricated City”. Aku takut tapi itu adalah sebuah tantangan.

Mengapa kamu takut?

Itu adalah proyek dengan anggaran produksi 10 milyar won. Aku merasakan tanggung jawab yang berat. Aku juga punya pikiran ketakutan bahwa film berbeda dari drama. Tetapi aku merasa lebih nyaman begitu aku pergi ke tempat syuting. Tidak ada perbedaan berakting di film atau drama. Semua staf dan aktor melakukan yang terbaik dan aku mendapat kepercayaan diri melalui proses kolaborasi. Kurasa aku hanya merasa takut duluan.

Tetapi keputusanmu untuk bermain di film ini, mungkin untuk melebarkan sayap “aktor Ji Chang Wook”

Aku tidak yakin, aku tidak pernah berpikir tentang apapun secara hitung-hitungan. Walaupun aku memilih setiap project secara seksama, hal-hal yang paling penting adalah “Apakah aku tertarik?” dan “Apakah aku bisa melakukannya?” Aku kurang yakin ketika aku pertama kali melihat skenario “Fabricated City”. Aku punya keraguan seperti “Apakah aku punya kepemimpinan seperti Kwon Yoo?” dan “Ada sentuhan-sentuhan komik di setiap sisi di dalam film, akankah aku mampu meyakinkan penonton dengan baik?” Determinasiku semakin kuat setelah bertemu dengan sutradara Park Kwan Hyun. Sutradara Park punya aura yang sangat luar biasa. Dia meyakinkanku dengan cara yang lembut, tetapi aku punya keyakinan dia akan membuat film yang menyegarkan.
Kwon Yoo adalah pahlawan perang di dalam game, namun di dunia nyata dia adalah pria pengangguran yang makan dan tidur di warnet mengenakan baju santai. Mengingat kamu bekerja keras setelah debut di usia 20an, kamu mungkin tidak terlalu akrab dengan dunia ini.
Justru tidak seperti itu. Tempat-tempat yang sering kudatangi ketika aku masih muda adalah warnet, tempat penyewaan komik dan tempat karaoke (tertawa). Mie ramen yang dimasak ahjussi yang punya tempat penyewaan komik tidak enak sama sekali. Aku mengalami kehidupan sebagai pengangguran di awal usia 20anku dan aku bermain games dengan cukup baik. Walaupun aku tidak pernah pergi ke warnet akhir-akhir ini, aku tetap bermain banyak games di hapeku. Aku bahkan melakukan Real Money Trading (memakai uang untuk membeli item di game online). Orang-orang di sekitarku melihatku dengan aneh. Kamu bukan anak kecil lagi, mengapa kamu menghabiskan uang seperti itu (tertawa). Mungkin itulah mengapa kehidupan Kwon Yoo di dunia virtual yang berbeda dengan dunia nyata muncul secara alami kepadaku.

Dia adalah kebalikan dari bodyguard macho Je Ha di “The K2”.

Itu benar. Je Ha adalah karakter yang kuat yang datang dari latar belakang militer. Kebalikannya, Kwon Yoo sangatlah biasa-biasa saja. Dia adalah seseorang yang sering kita lihat di sekitar kita, dan seorang karakter yang suka bermain game dan hidup di dunia virtual. Betapa frustrasi dan menakutkan baginya ketika karakter seperti itu ditangkap dalam sebuah peristiwa yang dibuat-buat. Ketika syuting, aku terus berpikir “Bagaimana rasanya jika aku adalah Kwon Yoo?” Perasaan ketika disakiti dan ketakutannya mungkin adalah penggerak bagi Kwon Yoo.
Mengapa kamu sangat tertarik pada karakter yang biasa saja seperti itu?
Gambaran seorang tokoh utama yang punya kekurangan dan sangat biasa-biasa saja menggabungkan kekuatan dengan teman-temannya yang lain yang juga biasa untuk melawan yang berkuasa adalah sesuatu yang menarik. Aku ingin menyemangati orang-orang ini yang bekerja keras mendekati kebenaran. Aku harap penonton dapat menikmati filmnya dan bertanya-tanya di pikirannya begitu satu persatu keluar dari bioskop. “Bagaimana aku hidup sekarang ini?”, “Apakah kota dimana aku tinggal sekarang baik-baik saja?”

Sutradara Park Kwang Hyun memuji action Ji Chang Wook dan berkata kamu “terlahir dengan bakat itu”. Kamu sempat menyebut bahwa kamu menghabiskan sekitar 1 bulan di sekolah action, dan kamu terus mendapat perhatian atas actionnya dari “Healer” hingga “The K2”.
Itu adalah pujian yang membuatku bangga dan bahagia, tetapi aku berharap tidak akan mendengarnya lagi (tertawa). Aku tidak pernah memilih secara sengaja untuk membintangi proyek action. Jika aku memilih sebuah proyek karena aku menganggap karakter atau ceritanya menarik, proyek itu selalu menjadi genre action. Aku juga bertanya-tanya apakah itu seleraku. Walaupun proyeknya sangat memuaskan, proses persiapannya sangat sulit. Terutama ada banyak sekali adegan dimana aku dipukuli di film ini. Aku akan merasa tidak enak ketika memukul orang lain jadi aku berharap aku malah dipukul, tetapi setelah dipukuli, tahu-tahu aku merasa marah dan perasaan disakiti meliputiku. Itu adalah pengalaman yang menarik tetapi aku berharap tidak melakukannya lagi (tertawa).
Mari menengok ke belakang ke proyek debutmu “Sleeping Beauty”. Dari narkoba hingga pembunuhan, itu adalah film yang sangat mengesankan di semua level.
Selama tahun pertamaku di universitas, aku mengikuti senior-seniorku di jurusan film ke lokasi film indie dimana mereka syuting. Ketika melakukan itu, sutradara Lee Hana melihat videoku melalui viewfinder dan menyukai apa yang dia lihat, jadi dia memilihku. Semuanya sangat baru bagiku. Itu adalah pertama kalinya aku pergi ke lokasi syuting dengan begitu banyak staf jadi itu sangat luar biasa dan menarik. Aku benar-benar tidak bisa akting, dan aku bahkan tidak tahu bahwa aku buruk (tertawa). Aku melihat film itu dengan ibuku di Bioskop Sentral Myeongdong Seoul yang sudah tidak ada lagi. Melihat wajahku muncul di layar lebar itu luar biasa, tetapi ibuku terkejut ketika ia melihat adegan-adegan kejam. Yang jelas, “Sleeping Beauty” adalah sebuah karya yang membentukku sebagai seorang aktor.

Kamu bahkan merambah drama Cina di tahun 2016, kamu pasti telah mencapai segalanya yang bisa dicapai melalui drama selama 10 tahun terakhir. Kamu akan masuk wajib militer tahun ini, jadi itu seperti akhir dari babak pertama kehidupan Ji Chang Wook sebagai seorang aktor.
Usia 20anku sangat intens ketika aku melihat ke belakang. Walaupun ada berbagai kesulitan di setiap drama, pengalaman-pengalaman yang berbeda membantuku untuk semakin kuat. Sebenarnya aku dulunya merasa gugup saat di depan kamera. Walaupun aku berhasil mengatasinya. Terakhir kali, aku merasa cemburu ketika melihat para seniorku yang berakting sebagai pemeran utama dan berpikir “Ah, seseorang pasti merasa kamu memiliki dunia ketika seseorang sampai disana”. Tetapi begitu aku mencapai posisi itu, aku bertanya-tanya “Apakah ini benar-benar puncaknya?” dan “Apakah puncak itu memang benar-benar ada?” Posisi puncak mungkin berbeda bagi setiap orang, tetapi aku berpikir puncak adalah ketika kamu merasa puas. Aku merasa puas ketika aku melihat 10 tahun ke belakang, tetapi aku masih punya jalan panjang. Aku merasa aneh sehari sebelum aku pergi ke Cina untuk syuting. Aku telah membintangi banyak drama di Korea tetapi rasanya aku kembali menjadi rookie. Dunia ini luas dan tidak ada batasnya.
Kamu mungkin telah berumur 30, tetapi image pemuda yang kami lihat di “Sleeping Beauty” tetap bertahan.
Walaupun aku bertambah tua, aku tidak ingin bertambah dewasa. Aku pikir aku akan merasa bahagia jika aku melihat dunia secara polos seperti anak kecil. Bukankah semua orang hidup terlalu sengit? Dapatkah aku menunjukkan akting yang baik sebagai seorang aktor jika aku hidup dengan sengit? Akting bukanlah kompetisi dan tidak bisa diukur. Setiap individu punya gayanya sendiri. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri.



Sumber: Magazine M, JCW Kitchen

About Unknown

Ji Chang wook's fan from Indonesia. Loves to talk about anything and everything, so if you want to chat with me, just contact me.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

1 comments:

  1. Ji Chang Wook Indonesia Fans Club
    FIGHTING ... !!! I'm Proud Of You My Chang Wook Oppa 💕😊🌟✌😙

    ReplyDelete


Top