ads

Slider[Style1]

Interview

Video

Fanmeeting

Drama

Posted by: Unknown Posted date: 10:50 AM / comment : 0


Bagi Ji Chang Wook, “Empress Ki” adalah drama yang serupa dengan marathon panjang dimana dia harus mengontrol langkahnya dengan nafas panjang. Kehidupan aktor ini, yang meningkat karena ketulusan dan kerja keras daripada bakat alami, adalah sebuah drama tersendiri. 

Ji Chang Wook, yang debut pada usia 20 tahun dan sekarang di usia dua puluhan sebagai aktor, hidupnya berfokus pada setiap pemandangan yang ia lewati dibanding kecepatan atau rekor. Setiap kali sebuah drama selesai, dia merasa puas dan berterimakasih pada orang-orang yang mengingatnya dari nama tokoh yang ia perankan. Setelah “Empress Ki” berakhir, dia menjadi dikenal orang sebagai “Ji Chang Wook” dan juga menjadi topik diskusi, tetapi dia tak terlalu menunjukkan kegembiraan dan hanya tertawa pelan. Dia bukan aktor yang menjadi terkenal hanya karena satu drama, dan dia juga bukan aktor yang hanya bermain di satu drama. Punya percaya diri tinggi tapi tidak sombong, menikmati saat ini tapi tidak yakin akan masa depan – ini adalah sikap mental dari Ji Chang Wook. Hingga sekarang, banyak drama yang ditulis dan ditambahkan dalam kehidupan Ji Chang Wook. Melihat senyum Ji Chang Wook, kami sekarang tahu bahwa seseorang yang mengerti kesedihan akan mampu tertawa dengan lebih baik.

Kamu tampak lebih sibuk setelah drama berakhir. Kamu menggelar jumpa fans di Jepang belum lama ini dan kamu juga punya banyak CF.

Aku sibuk dan juga bersyukur pada saat yang sama.

Apa drama yang paling disukai penggemarmu di Jepang?
Ada jumlah fans yang sama besar yang telah menonton “Smile, Donghae”, “Warrior Baek Dong Soo”, “Five Fingers”, “Bachelor’s Vegetable Store”, dll dan mereka menyukainya, “Empress Ki” juga disukai.


Kamu mendapat nilai yang sangat baik saat sekolah, tapi tiba-tiba mengambil pelajaran film dan teater di tahun ketiga SMA. Apakah kamu masih ingat audisi yang kamu lakukan untuk masuk kampus?

Haha. Aku mengambil tes di 3 kampus berbeda tapi hanya satu yang menerimaku. Di hari audisi, sebuah kertas naskah diberikan kepadaku di tempat. Aku melihatnya dan menginterpretasikan dan berakting sesuai gayaku. Aku juga harus menunjukkan bakat khususku di tes yang berbeda.

Selain akting, ada cara lain untuk melepaskan emosimu. Mengapa kamu memilih menjadi aktor? Mengapa akting?
Aku berpikir bahwa aktor terlihat menikmati kehidupan mereka. Itu terlihat mudah.

Itu terlihat mudah?


Mereka juga kelihatannya memperoleh banyak uang... (tertawa). Aku tidak tahu apapun dan tidak punya gambaran tentang realita. Di mataku, aktor hanya terlihat glamor.

Di wawancara yang lain, kamu mendeskripsikan masa kuliahmu sebagai “masa kelam dalam hidupku”... (tertawa)

Kupikir aku akan bisa minum-minum, tidur larut malam dan bermain setiap hari jika aku masuk universitas, tapi kehidupan universitas bahkan lebih intensif. Aku bahkan berpikir akan baik-baik saja jika aku tidak lagi belajar, tapi PR untuk pertunjukan di sejarah teater...

Apakah kau bekerja keras?


Tidak (tertawa). Ini berbeda dari yang kupikirkan pada awalnya. Karena aku harus belajar dengan teman-teman yang sudah belajar tentang akting secara sistematis sejak usia dini, aku tidak bisa dibandingkan dengan mereka. Pandangan mereka tentang belajar akting juga terlihat lebih mendalam daripada aku. Itulah kenapa aku tidak bisa beradaptasi awalnya. Walaupun begitu, tidak mungkin aku keluar, karena ini adalah pilihanku yang kupilih dengan keras kepala dan aku bahkan bertengkar dengan ibuku soal itu. Itu melukai harga diriku dan aku juga tidak tahu apapun saat itu, jadi aku masih berpikir bahwa ini akan menarik. Ketika aku mengikuti para seniorku, aku mulai syuting film-film pendek. Itu sangat menarik.

Sepertinya kamu langsung ingin ke tempat syuting.

Iya. Aku berkeliling ke tempat-tempat syuting selama hampir setahun, dan untungnya, aku mendapat peran untuk film independen dan segera setelah syuting, aku bahkan lolos audisi di Daehangno (tempat teater di Seoul seperti Broadway, red) dan aku harus berakting di panggung. Tetapi ketika aku bekerja di proyek-proyek ini, aku menerima hinaan paling buruk yang pernah aku terima.


Karena kamu tidak mempersiapkan dengan baik?

Benar. Mereka berkata aku tidak bisa akting. Kata-kata yang diucapkan sutradara saat itu masih tertanam di pikiranku. “Kami orang-orang yang menerima uang dan menampilkan pertunjukan, ini bukan sekolah untukmu belajar akting.” Memikirkannya sekarang, dia memang benar, kata-kata itu.

Kau berpikir bahwa akting itu mudah, tetapi ketika kau memulainya, itu tidak terlihat semudah itu?

Itu tidak seperti apa yang kuinginkan. Aku seperti tidak bisa mengekspresikan sesuai yang ada di pikiranku. Aku beruntung debut lebih awal. Aku tidak tahu apapun dan yang kupunya hanyalah keberanian.

Kamu memulai akting seperti kertas kosong. Bagaimana kamu mengatasinya di lokasi syuting?

Saat itu, aku belum punya filosofi atau apapun tentang akting. Aku berada pada kondisi dimana aku bahkan tidak tahu apa itu akting dan aku akan gugup ketika berdiri di depan kamera. Seluruh tubuhku akan bergetar. Aku menghafal dan berlatih naskah hingga jika ada seseorang yang tiba-tiba menepukku, semua dialogku akan keluar dari mulutku secara otomatis. Aku bahkan membicarakan dialogku dalam tidurku... Tapi setelah sangat terobsesi pada naskah, itu masih tidak terlihat seperti akting, aku hanya mengeluarkan apa yang kuhafal. Aku seringkali dimarahi oleh sutradara di lokasi syuting. Walaupun aku pergi lebih awal ke tempat syuting tanpa persiapan, aku bertemu dengan banyak senior bagus ketika bekerja pada proyek. Aku belajar dari mengamati dari pinggir para senior berakting, dan perlahan, aku belajar apa itu akting.

Bukankah juga ada aktor yang sepertinya punya bakat akting secara alami? Apakah kamu merasa inferior dalam hal ini?

Itulah mengapa dalam prosesnya, aku berpikir secara serius apakah keluar atau tidak. Selama “Smile Donghae”, aktingku tidak berjalan sesuai yang kuharapkan dan itu terasa berlebihan buatku. Kupikir aku benar-benar tidak punya bakat atau skill di bidang ini dan bertanya-tanya mengapa aku tidak bisa berakting sebaik yang lain. Itu melelahkan.

Kamu punya pikiran seperti itu ketika bermain pada peran utama pertama dalam hidupmu?

Rating penonton bagus dan drama juga berjalan baik, tetapi secara pribadi, itu sangat melelahkan. Aku bisa menyelesaikannya dengan keyakinan aku hanya perlu bekerja keras, tapi walaupun begitu, aku terus-terusan ragu akan diriku sendiri. Saat itu, aku sangat tidak menyukai apapun tentang diriku. Aku bahkan bertanya-tanya jika aku bisa lanjut sebagai aktor. Saat itu, aku berpikir telah melakukan yang terbaik untuk drama atau dalam menganalisa peran, tapi aku segera sadar bahwa itu sangat dangkal. Aku tidak tahu bahwa ada yang lebih mendalam daripada itu.

Kamu sempat berpikir bahwa itu adalah yang terbaik darimu, tapi kenyataannya, itu sebenarnya bukan yang terbaik darimu?

Sepertinya begitu.


Jika  sekarang kamu berpikir tentang dirimu 10 tahun mendatang, kamu mungkin akan berpikir sama. (Tertawa) Ketika terperangkap dalam jaring yang maju mundur seperti rollercoaster antara membandingkan dirimu dan merasa puas, apakah ada proyek yang mengurangi rasa ketidakamananmu dan menguatkan keyakinan pada dirimu sendiri?

Aku lebih dewasa sebagai aktor ketika syuting “Bachelor’s Vegetable Store”. Drama-dramaku sebelumnya punya rating yang begitu tinggi, jadi itu terasa seperti beban bagiku. Tetapi rating untuk “Bachelor’s Vegetable Store” sekitar 1% (karena ada di TV kabel, red). Aku takut awalnya. Kupikir tidak ada orang yang ingin menawariku kerja lagi. Nyatanya, jika rating buruk, para aktor juga akan merasa kurang semangat. Walaupun kamu asal-asalan syuting drama, tidak ada yang akan melihatnya, dan ini menjadi masalah saat kau mulai punya pikiran seperti itu. Pada suatu ketika, aku menjadi seperti itu. Begitu drama berjalan tiap episode, aku mengurangi ekspektasiku terhadap rating, dan aku berpikir tentang tanggung jawab dan kesadaran yang harus dipikul aktor untuk drama.

Jadi ternyata begitu. Kamu tampak menikmati akting di “Empress Ki”.

Jadwal syuting tidak memberiku pilihan selain tidur sebentar, tetapi waktu sangat berharga dan aku menganalisa naskah dan bersiap. Aku bahagia sebanyak yang aku persiapkan untuk peranku. Berakting masih sulit dan aku tidak bisa berakting sebaik yang aku pikirkan. Tapi aku sekarang bisa berpikir. Jika pikiranku akan menjadi kosong seperti kertas putih ketika aku berdiri di depan kamera dulu, kini aku bisa berpikir dan menganalisa, dan aku akan bekerja keras untuk mengekspresikannya.

Setelah merasakan akting, kamu harusnya punya lebih banyak kebebasan sekarang pada beberapa hal. Pada akhirnya, semua drama yang kamu kerjakan adalah bagian dari proses latihan.

Itu akan sama bahkan di masa depan. Dibanding menjadi serakah terhadap drama atau peran, aku ingin bekerja keras pada peran yang bisa kuambil tanggung jawab dan kutampilkan dengan baik.

Terjemahan Korea-Inggris: Gabby
Terjemahan Inggris-Indonesia: kanz
Sumber: JCW Kitchen
Sumber gambar: Top Star News, Arena Homme Magazine August 2014 issue

About Unknown

Ji Chang wook's fan from Indonesia. Loves to talk about anything and everything, so if you want to chat with me, just contact me.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment


Top